Tuesday 22 November 2011

Ke mana Pelaburan kita.....

Salam Ma'al Hijrah...

"Semoga kita diberi Allah Rahmat dan barakah dalam menghijrahkan kehidupan dunia ini menjadi nilai keselamatan dan kebahagian di dalam kehidupan akhirat kelak..."

Sepanjang menongkak arus kerjaya pendidikan dan bekerja dengan
" Boss " yang tak pernah disentuh tidur , Allah yang amat berkuasa menghidupkan dan amat berkuasa mematikan , hati ku jadi goncang dengan peringatan yang diberi ...

" Wahai penanggungjawab anak , jika anda lemparkan tanggongjawab pendidikan mereka ke tempat-tempat asuhan anak , saya khawatir anda akan menerima siksa ganda. Siksa pedih sebab anda membiarkan mereka yang bersih itu menjadi tercemar dan balasan setimpal akibat perlakuan anda yang keji itu. "

Wahai ibubapa ...' mendidik ' merupakan kerja asas kita. Didikan bermula dari taman-taman perkahwinan kita yang tidak boleh dilemparkan pada orang lain biarpun anak-anak telah di hantar ke tadika. Asasnya adalah kita dan persekitaran hanya menjadi kerangka sokongan pada yang baik mahupun yang buruk.

Bergalaskan tugas mendidik , aku juga sebahagian kerangka tersebut yang berjuang memupuk dan membina nilai supaya menjadi seharum bunga , indah di mata , mekar di hati dan semerbak dihidu. Yang indah , yang mekar dan semerbak harumnya adalah iman dan bekerja untuk Islam dan kembali ke tempat asal kita di syurga....

Bergelar sebuah institusi pendidikan di mata masyarakat bermakna kita mempunyai komitmen yang amat berat menuntun kita jelas arah yang dituju untuk membawa anak-anak didik mengenali Allah yang satu. MentaatiNYa dan hidup mati , kerja buat hanya untukNya.

Sekadar menyediakan aktiviti untuk mengasah kebolehan membaca , mengira dan menulis tidaklah membawakan kepada kemahiran seimbang seorang kanak-kanak. Ingin anak-anak berkebolehan menaakul ? Menaakul dikatakan tahap yang ingin dicapai dalam pendidikan negara. Menaakul yang bagaimana yang diingini ? Menaakul berbalik kepada nilai yang diberi. Menaakul berkait juga dengan aras pemikiran kanak-kanak.

Apa saja istilah dan kebolehan yang ingin dicapai biarlah ianya berpusat pada ' mengenal Allah dan bekerja buat ' mentauhidkan Allah. Menuju satu aqidah , satu cara hidup , satu nilai dan adab yang berpaksi kepada Al Quran dan As Sunah. Hanya dengan tunjang ini sahajalah yang bisa membebaskan kita dari ancaman siksa yang dahsyat dari Allah iaitu api neraka. Kemenjadian anak-anak didik seperti inilah sepatutnya menjadi matlamat penubuhan semua institusi pendidikan seperti TASKA dan TADIKA.


Semoga pelaburan kita memberikan kita pencen di dalam kubur nanti. Marilah kita renung-renungkan apakah perginya kita ke alam baqa' nanti , anak-anak yang ditinggalkan itu menjadi aset ataupun tanggongan kita? Apakah mereka menghantarkan kita harta untuk berbelanja di kubur atau mereka membuat kita muflis??

Allahu'alam.

Sunday 7 August 2011

Hatinya penuh Rasa Kasih Sayang

Salam keindahan dan ketenangan sebuah Ramadhan untuk semua...

Kesekian waktu sifat-sifat pendidik Sukses yang ketiga tidak dapat kupaparkan di sini lantaran aku kesekian waktu juga mencari ciri-ciri itu dalam diriku.

Aku mendidik diriku terlebih dahulu sebelum mencoretnya buat perkongsian bersama. Ini adalah kerana amat dibimbangi dengan ilmu yang hanya menjadi bahan bahas ilmiah sahaja dan terlontar dari penghayatan peribadi.

Tasik hati yang bergenang dengan limpahan kasih dan sayang merupakan antara ciri-ciri yang terdapat pada pendidik agung kita Muhammad saw.

Ini diceritakan oleh Sulaiman Malik Ibnu Al Huwairits bersama teman-teman sebayanya yang pernah tinggal bersama Rasulullah saw selama dua puluh malam. Katanya....

" Kami dapati baginda sebagai seorang yang sangat penyayang dan pengasih," " Setelah baginda melihat bahawa kami sudah rindu kepada keluarga , baginda bertanya tentang siapa saja orang-orang yang kami tinggalkan di rumah. Lalu kami diperintahkan pulang."

Baginda menasihati , " Pulanglah kepada keluarga kalian , tinggallah kalian bersama mereka , berbuat baik kepada mereka dan shalatlah kamu seperti ini di waktu demikian , shalatlah begini di saat demikian! Jika tiba waktu shalat , salah seorang harus azan dan yang paling tua menjadi imam. " ( Muttafaq 'alaih )

Lihatlah betapa hebatnya nilai kasih sayang. Kasih sayang hanya menginginkan kebaikan pada sesiapa sahaja terutama kepada anak didiknya apatah lagi kasih sayang sejati ibu dan ayah.

Insan yang jiwanya dilimpahi kasih sayang , pasti tidak akan melakukan penganiaan terhadap anak didiknya dalam menyempurnakan hak anak didik dan amanah ilmu terhadapnya.

Rasululullah saw. telah berkata :

Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi zat yang jiwaku ada di TanganNya , tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat penyayang. "

Allahu'alam

Sunday 27 February 2011

SIFAT-SIFAT PENDIDIK YANG SUKSES


Allah amat pengatur yang sempurna. Marilah kita sempurnakan pula sifat pendidik sukses yang diatur oleh Allah.

Lemah - lembut dan Menghindari Kekerasan

Rasulullah berkata , " Allah itu Amat Lembut , cinta kelemah-lembutan. " Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya. "
Hadith riwayat Muslim dari ' Aisyah.

Mari kita bayangkan , bagaimana kita dijerkah , dijegel dan ditunding-tunding untuk membetulkan kesilapan kita? Apakah dengan jerkahan itu mampu melembutkan hati menerima tegurannya untuk berubah?

Rasulullah s.a.w telah berkata : " Tidaklah kelemah-lembutan itu terdapat pada sesuatu melainkan akan membuatnya indah dan ketiadaanya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk. " Hadith riwayat Muslim

Sifat ini juga telah ditunjukkan oleh para salafus soleh dalam bermuamalah.
Mari kita renungkan kejadian yang pernah dialami oleh hamba Imam Zainal 'Abidin ( cicit Saiyidina Ali ).

Pada suatu hari hamba tersebut menuangkan air minum ke dalam gelas Imam Zainal 'Abidin dengan menggunakan poci ( jag ) yang diperbuat dari porselin. Tiba-tiba poci itu jatuh dan mengenai kaki Imam lalu berdarah.

Buru-buru hamba itu berkata : " Wahai Tuan , Allah berkata : Dan mereka itu adalah orang-orang yang bisa menahan kemarahan."

Mendengar itu , Imam Zainal berkata : " Ya , saya tahan kemarahan saya. "

" Dan juga pemaaf kepada manusia . " Kata hamba itu membaca lanjutan kalam Allah tadi.
" Ya , saya pun memaafkan kamu. " Kata Imam Zainal ' Abidin.

" Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan . " Lanjut budak itu menyempurnakan kalam Allah tersebut.

" Sudah , kamu saya merdekakan kerana Allah. " Kata Imam Zainal ' Abidin.

Berupaya menahan marah , memaafkan juga tahu bahawa Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan maka insya Allah tersemailah sifat Lemah-lembut dan Menghindari Kekerasan.

Kalau direnungi kisah di atas , memang sifat marah adalah fitrah dan antara nafsu utama kebinasaan kita tapi dengan cahaya didikan , sifat marah boleh ditundukkan. Begitu jugalah , tidak akan jadi pemandu kepada kemuliaan akhlak melainkan hanya dengan ketaatan pada amanah ilmu. Bila kita belajar maka beramallah dengan apa yang kita ajar.

Allahu'alam

Saturday 26 February 2011

SIFAT-SIFAT PENDIDIK YANG SUKSES


Allahu rabbi , ya rabbal 'alamin... Selawat dan salam untuk Muhammad rasul dan ikutan kami...

Pena mayaku tertangguh kesekian masa tidak bermakna aku tidak menjengah lagi blog ini.
Kepada semua yang berkunjung ke sini , marilah sama-sama kita menggisyitarkan dan beriltizam untuk berakhlak dengan " Kesempurnaan dan kemuliaan " akhlak rasullullah. Lantaran inilah Allah mengutuskan rasulNya Muhammad s.a.w.

Penyabar dan Tidak Pemarah adalah antara pakej seorang pendidik yang perlu dijaya dan disuburkan dalam jiwanya. Ini adalah kerana , menurut rasullullah s.a.w adalah yang dicintai oleh Allh swt.

Ingin aku kongsikan pembacaanku dari sebuah buku " Cara rasullullah mendidik anak ", yang menbawakan satu teladan akhlak yang begitu mengkagumkan tentang sifat Penyabar dan tidak Pemarah ini . Abdullah ibnu Thahir menceritakan.....

Pada suatu hari , ketika saya bersama Al Makmum ( seorang khalifah bani Abbasiyah ),

lalu dia memanggil pelayannya , " Ghulam ! " tidak dijawab , " Ghulam " kedua kalinya pun

tidak dijawab , lalu dipanggil yang ketiga kalinya barulah seorang pelayan lelaki muda

keluar sambil berkata , " Apakah seorang pelayan tidak berhak makan dan minum?

Bukankah saya baru saja melayani anda , kenapa dipanggil-panggil lagi? "


Mendengarkan bicara pelayannya itu Al Makmum lama tertunduk. Saya curiga jangan-jangan Al Makmum akan menyuruh saya untuk memenggal leher pelayan itu.

Kemudian Al Makmum mengangkat kepalanya dan memandang saya ,

" Wahai Abdullah , ujarnya ' Jika ada majikan yang baik , justru pelayannya yang buruk

tapi saya tidak mau berperilaku buruk untuk memperbaiki perilaku pembantu saya."


Demikianlah Penyabar dan tidak Pemarahnya seorang khalifah yang mencontohi kemuliaan akhlak rasul. Bagaimana pula dengan kita. Didik dan mendidik adalah dua hal yang tidak terpisah biarpun siapa kita. Sifat Penyabar dan tidak Pemarah ini hendaklah menjadi kriteria dalam pakej seorang pendidik supaya anak-anak bisa digelombangi dengan aura ' tenang ' seorang murabbi.

Sesungguhnya bila kita memakai akhlak " pemaaf dan tidak pemarah " maka terselamatlah kita dari menjahati diri sendiri juga membalas keburukan dengan keburukan.

Allahu'alam.

Sunday 8 August 2010

Cara Apa Kita Titiskan Ilmu....

Dengan nama Allah Al Jalil , Pemilik segala kebesaran.

Terasa diri ini cukup kerdil bila menelusuri ilmuNya. Lagi kugali maka lagilah aku cemas kerana kejahilan tentang kebesaranNya. Asma' Nya cukup menakjubkan aku.
Dengan umurku dan ilmuku ini , terasa cukup dangkal dek kerapuhan iman.

Lantaran inilah , membuatkan aku terpinggir dari 'kejemuan'
dalam usaha-usaha menyingkap tabir makrifahtullah.
Tetap kugenggam nekad mendidik permata-permata hatiku di tadika dengan 'kefitrahanannya '.

" Begitu lahirnya, seorang bayi mulai menggali lingkungan dan orang-orang terdekatnya. Jiwa mereka yang masih lembut itu akan sangat mudah dan dicorakkan oleh lingkungan pertamanya. ." petikan dari buku " Cara Nabi MENDIDIK ANAK "

Anak-anak ini akan menerima apa saja yang kita titiskan dari ilmu yang ada. Titisan-titisan ilmu itu ibarat titisnya air di atas batu. Lama-lama berbekas jua.

Wahai para pendidik , jika titisanmu adalah titisan ' fitrah ' maka kalian membenarkan terainya fitrah anak-anak didik kalian. Akan tetapi andainya titisan kalian adalah ' acuan' kalian sendiri maka ' fitrah ' itu teraniaya. Ramai yang mendidik anak-anak tadikanya hanya ikut sangka-sangkaannya sahaja. Maka tidak kepelekanlah makin banyak institusi Pendidikan Awal tumbuh bak cendawan maka makin berkulat jualah akhlak dan aqidah anak-anak.

Marilah kita lalui denai-denai ini dengan tapak-tapak kesedaran tentang kaedah mendidik anak-anak dengan naluri mereka bukan dengan kaca mata kita yang telah dikulatkan dengan pelbagai hidangan yang menghambat ketangkasan minda semata.

Allahu'alam.

Saturday 15 May 2010

Wednesday 27 January 2010

MERAIKAN FITRAH ANAK-ANAK

"iiiyekkk ! Pe Anas main pasir ni ? bangun , bangun ! cepat basuh tangan tu , kotor! Nanti cacing la..iee kuman-kuman , dah..dah.... "

" Cik gu , anak saya ni , saya tak benarkan bermain pasir ye. Takut nanti kena kudis-kudis dan gatal-gatal.."


Ada anak-anak yang diberi persepsi yang tidak tepat seperti dialog di atas, memang tak mahu bermain dengan pasir apabila dibawa ke ruang bermain pasir. Bersih atau kotor adalah bergantung pada pengurusan kita.

Ruang bermain pasir hendaklah dijaga kebersihannya iaitu bebas dari najis dan kotoran-kotoran lain. Pengudaraan yang mencukupi supaya air boleh tersejat apabila pasir basah selepas bermain. Kebiasaannya pasir pantai digunakan kerana halus dan bersih serta mudah diadunkan dengan air. Tadika Elitsuria sanggup ke pantai Melawi memunggah pasir demi
meraikan fitrah anak-anak didik kami. Insya Allah sabtu ini , kami akan ke sana lagi.


Anak-anak hendaklah dimaklumkan dengan peraturan bermain pasir. Kuku hendaklah dipotong pendek. Memakai selipar. Menggunakan peralatan bermain pasir yang disediakan. Pasir tidak boleh dibaling ke arah kawan. " Pasir bukan makanan. Jadi tak bolehlah dimasukkan ke dalam mulut ." Begitulah anak-anak dididik. "


Ruang yang sesuai dengan jumlah anak supaya anak-anak selesa bermain. Selepas bermain , kibas semua pasir yang terlekat pada pakaian dan badan. Basuh dan sabun tangan sebersihnya. Ingat lap tangan kering-kering dik.





Bukan senang untuk mendapat sukatan air supaya pasir teradun dengan baik. Anak-anak belajar mengadun. Mengadun bermakna belajar mencipta fomurla sendiri . Boleh jadi pereka ciptalah nanti. Kreatif dan inovatif. Psikomotor dan koordinasi mata tangan juga akan teransang dan matang. " Main pasir dulu , baru belajar pegang pensel yek dik.."


Emosi
anak-anak paling diraikan...ye meneroka ciptaan Allah dan bebas berusaha menghasilkan apa yang diingini. Try and error suatu yang lumrah bagi anak-anak. Di sinilah ilmu dan pengalaman disatukan.


" Cik gu ,cik gu ! tengok...dah jadi ketam Alia. " Masya Allah ,...kreatif Alia. " Alia tersengih bangga. Satu kepuasan yang tidak terhingga bagi anak-anak apabila berjaya dan dihargai hasil kerjanya. Inilah sokongan emosi. Dengan sokongan emosi anak mampu berkembang dengan baik malah sokongan ini lebih menyerlah daripada sokongan material.

Allahu'alam.